Sabtu, 25 Desember 2010

tentang kebidanan

Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang
telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998
Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba,
1998 : 157)
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Persalinan merupakan titik kulminasi dari suatu proses reproduksi, karena itu timbulah martenity care yang bertujuan memberikan pelayanan kepada wania hamil dan persalinan sampai masa nifas.Wiknjosastro (1992), menyatakan bahwa persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vaginak edunia luar.Sedangkan Muchtar (1998), dalam sinopsis obstetri menyatakan persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir bias... [
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus.

SISTEM PERNAFASAN

Jalan Nafas :
Otot leher bayi masih lembek, leher lebih pendek, sulit menyangga atau memposisikan kepala dengan tulang occipital yang menonjol. Lidah besar, epiglottis berbentuk “U” dengan proyeksi lebih ke posterior dengan sudut ± 450, relative lebih panjang dan keras, letaknya tinggi, bahkan menempel pada palatum molle sehingga cenderung bernafas melalui hidung. Akibat perbedaan anatomis epiglottis tersebut, saat intubasi kadangkala diperlukan pengangkatan epiglottis untuk visualisasi. Sementara lubang hidung, glottis, pipa tracheobronkial relative sempit, meningkatkan resistensi jalan nafas, mudah sekali tersumbat oleh lender dan edema. Trachea pendek, berbentuk seperti corong dengan diameter tersempit pada bagian cricoid. (Cote CJ,2000)


Pernafasan :
Sangkar dada lemah dan kecil dengan iga horizontal. Diafragma terdorong keatas oleh isi perut yang besar. Dengan demikian kemampuan dalam memelihara tekanan negative intrathorak dan volume paru rendah sehingga memudahkan terjadinya kolaps alveolus serta menyebabkan neonatus bernafas secara diafragmatis. Kadang-kadang tekanan negative dapat timbul dalam lambung pada waktu proses inspirasi, sehingga udara atau gas anestesi mudah terhirup ke dalam lambung. Pada bayi yang mendapat kesulitan bernafas dan perutnya kembung dipertimbangkan pemasangan pipa lambung.
Karena pada posisi terlentang dinding abdomen cenderung mendorong diafragma ke atas serta adanya keterbatasan pengembangan paru akibat sedikitnya elemen elastis paru, maka akan menurunkan FRC (Functional Residual Capacity) sementara volume tidalnya relative tetap. Untuk meningkatkan ventilasi alveolar dicapai dengan cara menaikkan frekuensi nafas, karena itu neonatus mudah sekali gagal nafas. Peningkatan frekuensi nafas juga dapat akibat dari tingkat metabolisme pada neonatus yang relative tinggi, sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi, dua kali dari kebutuhan orang dewasa dan ventilasi alveolar pun relative lebih besar dari dewasa hingga dua kalinya. Tingginya konsumsi oksigen dapat menerangkan mengapa desaturasi O2 dari Hb terjadi lebih mudah atau cepat, terlebih pada premature, adanya stress dingin maupun sumbatan jalan nafas.


SISTEM SIRKULASI DAN HEMATOLOGI
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskuler sistemik =SVR) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedang sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui ductus arteriosus Bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskuler paru menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di ductus arteriosus Bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan ductus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-15 jam yang disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus reaksi pembuluh darah masih sangat kurang, sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat kurang ditoleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan secermat dan seteliti mungkin. Tekanan sistolik merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Autoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 kali/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.

SISTEM EKSKRESI DAN ELEKTROLIT
Akibat belum matangnya ginjal neonatus, filtrasi glomerulus hanya sekitar 30% disbanding orang dewasa. Fungsi tubulus belum matang, resorbsi terhadap natrium, glukosa, fosfat organic, asam amibo dan bikarbonas juga rendah. Bayi baru lahir sukar memekatkan air kemih, tetapi kemampuan mengencerkan urine seperti orang dewasa. Kematangan filtrasi glomerulus dan fungsi tubulus mendekati lengkap sekitar umur 20 minggu dan kematangannya sedah lengkap setelah 2 tahun.. (Cote CJ,2000)
Karena rendahnya filtrasi flomerulus, kemampuan mengekskresi obat-obatan juga menjadi diperpanjang. Oleh karena ketidakmampuan ginjal untuk menahan air dan garam, penguapan air, kehilangan abnormal atau pemberian air tanpa sodium dapat dengan cepat jatuh pada dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia. (Warih,1992)
Pemberian cairan dan perhitungan kehilangan atau derajat dehidrasi diperlukan kecermatan lebih disbanding pada orang dewasa. Begitu pula dalam hal pemberian elektrolit, yang biasa disertakan pada setiap pemberian cairan.

FUNGSI HATI
Fungsi detoksifikasi obat masih rendah dan metabolisme karbohidrat yang rendah pula yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan asidosis metabolic. Hipotermia dapat pula menyebabkan hipoglikemia.
Cadangan glikogen hati sangat rendah. Kadar gula normal pada bayi baru lahir adalah 50-60%. Hipoglikemia pada bayi (dibawah 30 mg%) sukar diketahui tanda-tanda klinisnya, dan diketahui bila ada serangan apnoe atau terjadi kejang. Sintesis vitamin K belum sempurna. Pada pemberian cairan rumatan dibutuhkan konsentrasi dextrose lebih tinggi (10%). Secara rutin untuk bedah bayi baru lahir dianjurkan pemberian vitamin K 1 mg i.m.hati-hati penggunaan opiate dan barbiturate, karena kedua obat tersebut dioksidasi dalam hati.

SISTEM SYARAF
Waktu perkembangan system syaraf, sambungan syaraf, struktur otak dan myelinisasi akan berkembang pada trimester tiga (myelinisasi pada neonatus belum sempurna, baru matang dan lengkap pada usia 3-4 tahun), sedangkan berat otak sampai 80% akan dicapai pada umur 2 tahun. Waktu-waktu ini otak sangat sensitive terhadap keadaan-keadaan hipoksia.
Persepsi tentang rasa nyeri telah mulai ada, namun neonates belum dapat melokalisasinya dengan baik seperti pada bayi yang sudah besar. Sebenarnya anak mempunyai batas ambang rasa nyeri yang lebih rendah disbanding orang dewasa.
Perkembangan yang belum sempurna pada neuromuscular junction dapat mengakibatkan kenaikan sensitifitas dan lama kerja dari obat pelumpuh otot non depolarizing.
Syaraf simpatis belum berkembang dengan baik sehingga parasimpatis lebih dominant yang mengakibatkan kecenderungan terjadinya refleks vagal (mengakibatkan bradikardia; nadi <110 kali/menit) terutama kalau bayi dalam keadaan hipoksia maupun bila aad stimulasi daerah nasofaring. Sirkulasi bayi baru lahir stabil setelah berusia 24-48 jam. Belum sempurnanya mielinisasi dan kenaikan permeabilitas blood brain barrier akan menyebabkan akumulasiobat-obatan seperti barbiturat dan narkotik, dimana mengakibatkan aksi yang lama dan depresi pada periode pasca anestesi. Sisa dari blok obat relaksasi otot dikombinasikan dengan zat anestesi IV dapat menyebabkan kelelahan otot-otot pernafasan, depresi pernafasan dan apnoe pada periode pasca anestesi. Setiap keadaan bradikardia harus dianggap berada dalam keadaan hipoksia dan harus cepat diberikan oksigenasi. Kalau pemberian oksigen tidak menolong baru dipertimbangkan pemberian sulfas atropine. PENGATURAN TEMPERATUR Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan pada proses non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak coklat (Morgan HAH,1993) Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator. Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C. Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic. Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat. FARMAKOLOGI Farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obat yang diberikan pada neonatus berbeda disbanding dengan dewasa karena pada neonatus : 1.Perbandingan volume cairan intravaskuler terhadap cairan ekstravaskuler berbeda dengan orang dewasa. 2.Laju filtrasi glomerulus masih rendah 3.Laju metabolisme yang tinggi 4.Kemampuan obat berikatan dengan protein masih rendah 5.Liver/hati yang masih immature akan mempengaruhi proses biotransformasi obat. 6.Aliran darah ke organ relative lebih banyak (seperti pasa otak, jantung, liver dan ginjal) 7.Khusus pada anestesi inhalasi, perbedaan fisiologi system pernafasan : ventilasi alveolar tinggi, Minute volume, FRC rendah, lebih rendahnya MAC dan koefisien partisi darah/gas akan meningkatkan potensi obat, mempercepat induksi dan mempersingkat pulih sadarnya. Tekanan darah cenderung lebih peka terhadap zat anestesi inhalsi mungkin karena mekanisme kompensasi yang belum sempurna dan depresi miokard hebat. Beberapa obat golongan barbiturat dan agonis opiate agaknya sangat toksisk pada neonatus disbanding dewasa. Hal ini mungkin karena obat-obat tersebut sangat mudah menembus sawar darah otak, kemampuan metabolisme masih rendah atau kepekaan pusat nafas sangat tinggi. Sebaliknya neonatus tampaknya lebih tahan terhadap efek ketamin. Bayi umumnya membutuhkan dosis suksisnil cholin relative lebih tinggi disbanding dewasa karena ruang extraselulernya relative lebih besar. Respon terhadap pelumpuh otot non deplarisasi cukup bervariasi. PERSIAPAN ANESTESI Sebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa harus berada dalam batas-batas normal atau mendekati normal. Sebagian pembedahan bayi baru lahir merupakan kasus gawat darurat. Proses transisi sirkulasi neonatus, penurunan PVR (Pulmonary Vascular Resistance) berpengaruh pada status asam-basanya. Transportasi neonatus dari ruang perawatan ke kamar bedah sedapat mungkin menggunakan incubator yang telah dihangatkan. Sebelum bayi masuk kamar bedah hangatkan kamar dengan mematikan AC misalnya. Peralatan anestesi neonatus bersifat khusus. Tahanan terhadap aliran gas harus rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah dipindahkan. Untuk anestesi yang lama, kalau mungkin gas-gas anestetik dihangatkan, dilembabkan dengan pelembab listrik. Biasanya digunakan system anestesi semi-open modifikasi system pipa T dari Ayre yaitu peralatan dari Jackson-Rees. Puasa Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan adalah stop susu 4 jam dan berilah air gula 2 jam sebelum anestesi. (Abdul Latief,1991) Infus Dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan karena puasa, mengganti cairan yang hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan, dll. Untuk pemeliharaan digunakan preparat D5%-10% dalam cairan elektrolit. Neonatus terutama bayi premature mudah sekali mengalami dehidrasi akibat puasa lama atu sulit minum, kehilangan cairan lewat gastrointestinal, evaporasi (Insensible water loss), tranduksi atau sekuestrasi cairan ke dalam lumen usus atau kompartemen tubuh lainnya. Dehidrasi/hipovolemia sangat mudah terjadi karena luas permukaan tubuh dan kompartemen atau volume cairan ekstra seluler relative lebih besar serta fingsu ginjal belum matang. Cairan pemeliharaan/pengganti karena puasa diberikan dalam waktu 3 jam, jam I 50% dan jam II, III maing-masing 25%. Kecukupan hidrasi dapat dipantau melalui produksi urin (>0,5ml/kgBB/jam), berat jenis urin (<1,010) ,aupun dengan pemasangan CVP (Central Venous Pressure).
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, banyak faktor yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan (muchtar, 1998), diantaranya :
a. Teori penurunan hormon.
1 sampai 2 minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron, progesteron mengakibatkan relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron tetapi akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.
b. Teori Distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga timbuk kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Teori iritasi mekanik.
Dibelakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.
d. Teori plasenta menjadi tua.
Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontraksi rahim.
e. Teori Prostaglandin.
Protaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium pada setiap umur kehamilan. f. Indikasi Partus.
Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitoksin drips, menurut tetesan perinfus dan pemberian gagang laminaria kedalam kanalis sevikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, sehingga timbul kontraksi dan melakukan amniotomi yaitu pemecahan ketuban
TANDA-TANDA PERSALINAN 3
1. Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan dengan sifarnua sebagai berikut:
-. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
-. Teratur
-. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
-. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
-. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik


2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)
dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sediki ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen rahim hingga beberapa capilar terputus.
3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong konyong dari jalan lahir
hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadan-kadang selaput robek sebelum persalinan.
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta menjadi tua pada kehamilan tua, serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami degenerasi. Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks, akibatnya kontraksi uterus dibangkitkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan servik
1. Mungkin otot-otot seviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya.
2. Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan seciks deregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks
3. Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis sevikalis ialah yang disebut selaput ketuban, menonjol kedalam canalis servikalis, dan membukanya. Kalau tidak ada ketuban, karena misalnya ketuban sudah pecah, faal dilatasi dari ketuban diambil oleh kepala.

Faal ketuban ini mungkin karena selaput anak pada segmen bawah rahim merupakan pendahuluan dari pembukaan serviks, kadang-kadang pada kehamilan cukup bulan, pelepasan selaput janin dengan jari kita dapat memulai persalinan.. Agar anak dapat keluar rahim maka perut terjadi pembukaan dari serviks. Yang dimaksud dengan pembukaan serviks ialah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya merupakan suatu lobang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lobang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.
Pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks. Yang dimaksud pendataran dari serviks ialah pemendekan dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran yang panjanganya 1 – 2 cm, menjadi suatu lobang saja dengan pinggir yang tipis. Bagi pemeriksa, pendataran terutama nampak pada portio yang makin pendek dan akhirnya rata dengan majunya persalinan. Pendataran dari serviks ini terjadi dari atas ke bawah, mula-mula bagian serviks didaerah ostium internum ditarik ke atas dan menjadi lanjuran dai segmen bawah rahim sedangkan ostium eksternum sementara tidak berubah. Sebetulnya pendataran serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.


FASE LATEN YANG MEMANJANG ATAU ABNORMALITAS PERSALINAN

Dapat disebabkan beberapa faktor:
1. kecemasan dan ketakutan
2. pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.
3. abnormalitas pada tenaga ekspulsi
4. abnormalitas pada panggul
5. kelainan pada letak dan bentuk janin

1. Kecemasan dan ketakutan
hamil dan persalinan merupakan suatu pengalaman yang paling indah, tetapi merupakan suatu tugas biologis yang terberat dalam kehidupannya. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah wanita tersebut itu hamil. Misalnya perubahan fisik yang nyata seperti perubahan pada genitalia, adanya hiperpigmentasi antara lain topeng kehamilan, bertambah besarnya perut dan sebagainya. Demikian pula perubahan-perubahan psikis misalnya takut atau cemas menghadapi proses persalinan dan sebagainya, ketegangan jiwa ini dibawa terus sampai kepada proses persalinan, sehingga menimbulkan lingkaran fear tension pain yang akan mengakibatkan proses persalinan tidak lancar.
Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita hamil dapat menimbulkan ketegangan, sehingga ketenangan yang harus dikuasai selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat dicapai dengan:
- Dokter atau bidan memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi wanita hamil tersebut, disertai deiskusi dan sikap penuh kesabaraan selama memeriksa kehamilan.
- Dengan mengikuti dan melakukan latihan senam hamil secara teratur dan intensif.
Dengan persiapan tersebut diatas diharapkan wanita menghadapi persalinan dengan tenan, penuh percaya diri. Dengan demikian dapat dihindarkan sejauh mungkin penggunaan alat-alat narkosa yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anak.

2. Pemberian analgetika yang kuat dan anastesia sebelum fase aktif
Usaha-usaha mengurangi sakit pada wanita yang bersalin dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Usaha-usaha mengurangi nyeri dalam kala I dan permulaan kala II yang disebut analgesia. Pada masa ini tidak usah dalam, tetapi harus mencakup waktu yang lama sekali ialah kadang-kadang sampai 18 jam.
2. Usaha-usaha mengurangi rasa nyeri menjelang bayi lahir disebut anastesi. Usaha mengurangi nyeri harus lebihg intensif, tetapi hanya perlu selama waktu yang terbatas sekali.
Semua obat yang dipergunakan untuk mengurangi nyeri waktu persalinan harus memenuhi syarat-syarat sbb:
- Tidak membahayakan ibu
- Tidak membahayakan anak
- Tidak memperngaruhi his, kalau obat anastesia mempengaruhi his, maka tentu mempengaruhi kemajuan janin.

Tidak banyak obat yang mempengaruhi ketiga syarat tersebut, terutama syarat kedua sukar untuk dipenuhi karena semua obat anestesia yang diberkan secara umum menembus plasenta dan juga mempengaruhi janin, sehingga timbul hipoksia pada janin tersebut. Saat kita memulai memberikan analgesi hrus tepat. Kalau terlalu cepat kita memulai memberi analgesia, maka dapat menimbulkan partus lama. Biasanya analgesia baru diberikan kalau ternyata bahwa pendataran dan pembukaan cervix lancar. Pada seorang primigravida biasanya baru dimulai pada pembukaan 3 cm, dan pada multi para pada pembukaan 4 cm.

Obat-obat yang diberikan untuk analgetik obstetris ialah:
- Inhalasi chloroform atau eter
- Morphin, demerol, barbiturat
- Scopolamin
- Kombinasi antara salah satu obat: misal morphin, demerol, barbiturat dengan scopolamin
- Paracervical blok

Obat yang diberikan untuk anasthesia obstetris:
- Obat-obat yang menghilangkan kesadaran : inhalasi anastesi (chloroform, ether NO2 cyclopran) atau anastesia yang diberikan seperti pent*tal.
- Obat-obat dan cara-cara yang tidak mengurangi kesadaran : anasthesi spinal atau anestesi infiltrasi.

3. Abnormalitas pada tenaga ekspulsi
Terbagi atas:
Ad.1 Inersia uteri
Inersia uteri primer atau hipotonik
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian lain. Peranan fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum penderita biasa lebih baik dan rasa nyeri tidak seberapa.

Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama, seting timbul terjadi pada wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik tentang persalinan.

Diagnosis :
Insersia uteri paling sulit pada masa laten karena konteaksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan telah dimulai diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan pembukaan.

Terapi :
 Program terapi istirahat
 Infus oksitosin
 Seksio sesaria bila ada tanda gawat

Ad.2 Incoordinate uteri action
Sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasanya karena tidak ada sinkron pada bagian-bagiannya . tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.4
Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis di katakan primer jika serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterie action. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks misal karena ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasme sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kavum uteri. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi.

Penanganan :
- Pemberian analgetika seperti morphin dan petidin
- Sectio caesaria pada distosia cervikalis sekunder

4. Abnormalitas pada panggul
Sering disebut CPD atau cephalopelvic disproportion, dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalau besar untuk melalui rongga pelvis. Ini dapat terjadi bila kepala terlalu besar, misalnya pada kasus hidrosephalus, atau pelvis terlalu kecil atau kelainan bentuk. Panggul keci dapat disebabkan oleh karena penyakit rakhitis yang terjadi pada masa anak-anak. Kelainan tulang pada masa anak-anak menyebabkan kelainan bentuk pada pelvis. Bentuk yang sering terjadi pada cephalopelvic disproportio adalah dimana kelainan posisi dari oksipito posterior. Di beberapa kasus tidak ada kelainan pada pelvis atau kepala fetus. Kelainan dari diameter presentasi dari defleksi oksipito posterior lebih banyak dari posisi anterior dan akan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam persalinan. Pada beberapa kasus cephalopelvic disproportio relatif dapat melahirkan persalinan pervaginam.
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

Selama pertengahan hingga akhir tahun 1970-an, sejumlah laporan yang dibuat secara terburu-buru menunjukkan bahwa kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko seorang wanita terhadap resiko masalah-masalah kardiovaskular, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim dan sejumlah komplikasi-komplikasi lainnya yang menakutkan. Popularitas pil KB menjadi turun. Bahkan hingga sekarang, walaupun kontrasepsi oral memberikan pencegahan kehamilan yang benar-benar mudah digunakan bagi jutaan wanita di seluruh dunia, namun banyak wanita yang takut menggunakannya..

tentang kebidanan

Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang
telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998
Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba,
1998 : 157)
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Persalinan merupakan titik kulminasi dari suatu proses reproduksi, karena itu timbulah martenity care yang bertujuan memberikan pelayanan kepada wania hamil dan persalinan sampai masa nifas.Wiknjosastro (1992), menyatakan bahwa persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vaginak edunia luar.Sedangkan Muchtar (1998), dalam sinopsis obstetri menyatakan persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir bias... [
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus.

SISTEM PERNAFASAN

Jalan Nafas :
Otot leher bayi masih lembek, leher lebih pendek, sulit menyangga atau memposisikan kepala dengan tulang occipital yang menonjol. Lidah besar, epiglottis berbentuk “U” dengan proyeksi lebih ke posterior dengan sudut ± 450, relative lebih panjang dan keras, letaknya tinggi, bahkan menempel pada palatum molle sehingga cenderung bernafas melalui hidung. Akibat perbedaan anatomis epiglottis tersebut, saat intubasi kadangkala diperlukan pengangkatan epiglottis untuk visualisasi. Sementara lubang hidung, glottis, pipa tracheobronkial relative sempit, meningkatkan resistensi jalan nafas, mudah sekali tersumbat oleh lender dan edema. Trachea pendek, berbentuk seperti corong dengan diameter tersempit pada bagian cricoid. (Cote CJ,2000)


Pernafasan :
Sangkar dada lemah dan kecil dengan iga horizontal. Diafragma terdorong keatas oleh isi perut yang besar. Dengan demikian kemampuan dalam memelihara tekanan negative intrathorak dan volume paru rendah sehingga memudahkan terjadinya kolaps alveolus serta menyebabkan neonatus bernafas secara diafragmatis. Kadang-kadang tekanan negative dapat timbul dalam lambung pada waktu proses inspirasi, sehingga udara atau gas anestesi mudah terhirup ke dalam lambung. Pada bayi yang mendapat kesulitan bernafas dan perutnya kembung dipertimbangkan pemasangan pipa lambung.
Karena pada posisi terlentang dinding abdomen cenderung mendorong diafragma ke atas serta adanya keterbatasan pengembangan paru akibat sedikitnya elemen elastis paru, maka akan menurunkan FRC (Functional Residual Capacity) sementara volume tidalnya relative tetap. Untuk meningkatkan ventilasi alveolar dicapai dengan cara menaikkan frekuensi nafas, karena itu neonatus mudah sekali gagal nafas. Peningkatan frekuensi nafas juga dapat akibat dari tingkat metabolisme pada neonatus yang relative tinggi, sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi, dua kali dari kebutuhan orang dewasa dan ventilasi alveolar pun relative lebih besar dari dewasa hingga dua kalinya. Tingginya konsumsi oksigen dapat menerangkan mengapa desaturasi O2 dari Hb terjadi lebih mudah atau cepat, terlebih pada premature, adanya stress dingin maupun sumbatan jalan nafas.


SISTEM SIRKULASI DAN HEMATOLOGI
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskuler sistemik =SVR) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedang sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui ductus arteriosus Bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskuler paru menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di ductus arteriosus Bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan ductus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-15 jam yang disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus reaksi pembuluh darah masih sangat kurang, sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat kurang ditoleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan secermat dan seteliti mungkin. Tekanan sistolik merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Autoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 kali/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.

SISTEM EKSKRESI DAN ELEKTROLIT
Akibat belum matangnya ginjal neonatus, filtrasi glomerulus hanya sekitar 30% disbanding orang dewasa. Fungsi tubulus belum matang, resorbsi terhadap natrium, glukosa, fosfat organic, asam amibo dan bikarbonas juga rendah. Bayi baru lahir sukar memekatkan air kemih, tetapi kemampuan mengencerkan urine seperti orang dewasa. Kematangan filtrasi glomerulus dan fungsi tubulus mendekati lengkap sekitar umur 20 minggu dan kematangannya sedah lengkap setelah 2 tahun.. (Cote CJ,2000)
Karena rendahnya filtrasi flomerulus, kemampuan mengekskresi obat-obatan juga menjadi diperpanjang. Oleh karena ketidakmampuan ginjal untuk menahan air dan garam, penguapan air, kehilangan abnormal atau pemberian air tanpa sodium dapat dengan cepat jatuh pada dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia. (Warih,1992)
Pemberian cairan dan perhitungan kehilangan atau derajat dehidrasi diperlukan kecermatan lebih disbanding pada orang dewasa. Begitu pula dalam hal pemberian elektrolit, yang biasa disertakan pada setiap pemberian cairan.

FUNGSI HATI
Fungsi detoksifikasi obat masih rendah dan metabolisme karbohidrat yang rendah pula yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan asidosis metabolic. Hipotermia dapat pula menyebabkan hipoglikemia.
Cadangan glikogen hati sangat rendah. Kadar gula normal pada bayi baru lahir adalah 50-60%. Hipoglikemia pada bayi (dibawah 30 mg%) sukar diketahui tanda-tanda klinisnya, dan diketahui bila ada serangan apnoe atau terjadi kejang. Sintesis vitamin K belum sempurna. Pada pemberian cairan rumatan dibutuhkan konsentrasi dextrose lebih tinggi (10%). Secara rutin untuk bedah bayi baru lahir dianjurkan pemberian vitamin K 1 mg i.m.hati-hati penggunaan opiate dan barbiturate, karena kedua obat tersebut dioksidasi dalam hati.

SISTEM SYARAF
Waktu perkembangan system syaraf, sambungan syaraf, struktur otak dan myelinisasi akan berkembang pada trimester tiga (myelinisasi pada neonatus belum sempurna, baru matang dan lengkap pada usia 3-4 tahun), sedangkan berat otak sampai 80% akan dicapai pada umur 2 tahun. Waktu-waktu ini otak sangat sensitive terhadap keadaan-keadaan hipoksia.
Persepsi tentang rasa nyeri telah mulai ada, namun neonates belum dapat melokalisasinya dengan baik seperti pada bayi yang sudah besar. Sebenarnya anak mempunyai batas ambang rasa nyeri yang lebih rendah disbanding orang dewasa.
Perkembangan yang belum sempurna pada neuromuscular junction dapat mengakibatkan kenaikan sensitifitas dan lama kerja dari obat pelumpuh otot non depolarizing.
Syaraf simpatis belum berkembang dengan baik sehingga parasimpatis lebih dominant yang mengakibatkan kecenderungan terjadinya refleks vagal (mengakibatkan bradikardia; nadi <110 kali/menit) terutama kalau bayi dalam keadaan hipoksia maupun bila aad stimulasi daerah nasofaring. Sirkulasi bayi baru lahir stabil setelah berusia 24-48 jam. Belum sempurnanya mielinisasi dan kenaikan permeabilitas blood brain barrier akan menyebabkan akumulasiobat-obatan seperti barbiturat dan narkotik, dimana mengakibatkan aksi yang lama dan depresi pada periode pasca anestesi. Sisa dari blok obat relaksasi otot dikombinasikan dengan zat anestesi IV dapat menyebabkan kelelahan otot-otot pernafasan, depresi pernafasan dan apnoe pada periode pasca anestesi. Setiap keadaan bradikardia harus dianggap berada dalam keadaan hipoksia dan harus cepat diberikan oksigenasi. Kalau pemberian oksigen tidak menolong baru dipertimbangkan pemberian sulfas atropine. PENGATURAN TEMPERATUR Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan pada proses non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak coklat (Morgan HAH,1993) Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator. Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C. Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic. Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat. FARMAKOLOGI Farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obat yang diberikan pada neonatus berbeda disbanding dengan dewasa karena pada neonatus : 1.Perbandingan volume cairan intravaskuler terhadap cairan ekstravaskuler berbeda dengan orang dewasa. 2.Laju filtrasi glomerulus masih rendah 3.Laju metabolisme yang tinggi 4.Kemampuan obat berikatan dengan protein masih rendah 5.Liver/hati yang masih immature akan mempengaruhi proses biotransformasi obat. 6.Aliran darah ke organ relative lebih banyak (seperti pasa otak, jantung, liver dan ginjal) 7.Khusus pada anestesi inhalasi, perbedaan fisiologi system pernafasan : ventilasi alveolar tinggi, Minute volume, FRC rendah, lebih rendahnya MAC dan koefisien partisi darah/gas akan meningkatkan potensi obat, mempercepat induksi dan mempersingkat pulih sadarnya. Tekanan darah cenderung lebih peka terhadap zat anestesi inhalsi mungkin karena mekanisme kompensasi yang belum sempurna dan depresi miokard hebat. Beberapa obat golongan barbiturat dan agonis opiate agaknya sangat toksisk pada neonatus disbanding dewasa. Hal ini mungkin karena obat-obat tersebut sangat mudah menembus sawar darah otak, kemampuan metabolisme masih rendah atau kepekaan pusat nafas sangat tinggi. Sebaliknya neonatus tampaknya lebih tahan terhadap efek ketamin. Bayi umumnya membutuhkan dosis suksisnil cholin relative lebih tinggi disbanding dewasa karena ruang extraselulernya relative lebih besar. Respon terhadap pelumpuh otot non deplarisasi cukup bervariasi. PERSIAPAN ANESTESI Sebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa harus berada dalam batas-batas normal atau mendekati normal. Sebagian pembedahan bayi baru lahir merupakan kasus gawat darurat. Proses transisi sirkulasi neonatus, penurunan PVR (Pulmonary Vascular Resistance) berpengaruh pada status asam-basanya. Transportasi neonatus dari ruang perawatan ke kamar bedah sedapat mungkin menggunakan incubator yang telah dihangatkan. Sebelum bayi masuk kamar bedah hangatkan kamar dengan mematikan AC misalnya. Peralatan anestesi neonatus bersifat khusus. Tahanan terhadap aliran gas harus rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah dipindahkan. Untuk anestesi yang lama, kalau mungkin gas-gas anestetik dihangatkan, dilembabkan dengan pelembab listrik. Biasanya digunakan system anestesi semi-open modifikasi system pipa T dari Ayre yaitu peralatan dari Jackson-Rees. Puasa Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan adalah stop susu 4 jam dan berilah air gula 2 jam sebelum anestesi. (Abdul Latief,1991) Infus Dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan karena puasa, mengganti cairan yang hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan, dll. Untuk pemeliharaan digunakan preparat D5%-10% dalam cairan elektrolit. Neonatus terutama bayi premature mudah sekali mengalami dehidrasi akibat puasa lama atu sulit minum, kehilangan cairan lewat gastrointestinal, evaporasi (Insensible water loss), tranduksi atau sekuestrasi cairan ke dalam lumen usus atau kompartemen tubuh lainnya. Dehidrasi/hipovolemia sangat mudah terjadi karena luas permukaan tubuh dan kompartemen atau volume cairan ekstra seluler relative lebih besar serta fingsu ginjal belum matang. Cairan pemeliharaan/pengganti karena puasa diberikan dalam waktu 3 jam, jam I 50% dan jam II, III maing-masing 25%. Kecukupan hidrasi dapat dipantau melalui produksi urin (>0,5ml/kgBB/jam), berat jenis urin (<1,010) ,aupun dengan pemasangan CVP (Central Venous Pressure).
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, banyak faktor yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan (muchtar, 1998), diantaranya :
a. Teori penurunan hormon.
1 sampai 2 minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron, progesteron mengakibatkan relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron tetapi akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.
b. Teori Distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga timbuk kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Teori iritasi mekanik.
Dibelakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.
d. Teori plasenta menjadi tua.
Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontraksi rahim.
e. Teori Prostaglandin.
Protaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium pada setiap umur kehamilan. f. Indikasi Partus.
Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitoksin drips, menurut tetesan perinfus dan pemberian gagang laminaria kedalam kanalis sevikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, sehingga timbul kontraksi dan melakukan amniotomi yaitu pemecahan ketuban
TANDA-TANDA PERSALINAN 3
1. Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan dengan sifarnua sebagai berikut:
-. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
-. Teratur
-. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
-. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
-. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik


2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)
dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sediki ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen rahim hingga beberapa capilar terputus.
3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong konyong dari jalan lahir
hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadan-kadang selaput robek sebelum persalinan.
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta menjadi tua pada kehamilan tua, serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami degenerasi. Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks, akibatnya kontraksi uterus dibangkitkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan servik
1. Mungkin otot-otot seviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya.
2. Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan seciks deregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks
3. Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis sevikalis ialah yang disebut selaput ketuban, menonjol kedalam canalis servikalis, dan membukanya. Kalau tidak ada ketuban, karena misalnya ketuban sudah pecah, faal dilatasi dari ketuban diambil oleh kepala.

Faal ketuban ini mungkin karena selaput anak pada segmen bawah rahim merupakan pendahuluan dari pembukaan serviks, kadang-kadang pada kehamilan cukup bulan, pelepasan selaput janin dengan jari kita dapat memulai persalinan.. Agar anak dapat keluar rahim maka perut terjadi pembukaan dari serviks. Yang dimaksud dengan pembukaan serviks ialah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya merupakan suatu lobang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lobang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.
Pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks. Yang dimaksud pendataran dari serviks ialah pemendekan dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran yang panjanganya 1 – 2 cm, menjadi suatu lobang saja dengan pinggir yang tipis. Bagi pemeriksa, pendataran terutama nampak pada portio yang makin pendek dan akhirnya rata dengan majunya persalinan. Pendataran dari serviks ini terjadi dari atas ke bawah, mula-mula bagian serviks didaerah ostium internum ditarik ke atas dan menjadi lanjuran dai segmen bawah rahim sedangkan ostium eksternum sementara tidak berubah. Sebetulnya pendataran serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.


FASE LATEN YANG MEMANJANG ATAU ABNORMALITAS PERSALINAN

Dapat disebabkan beberapa faktor:
1. kecemasan dan ketakutan
2. pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.
3. abnormalitas pada tenaga ekspulsi
4. abnormalitas pada panggul
5. kelainan pada letak dan bentuk janin

1. Kecemasan dan ketakutan
hamil dan persalinan merupakan suatu pengalaman yang paling indah, tetapi merupakan suatu tugas biologis yang terberat dalam kehidupannya. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah wanita tersebut itu hamil. Misalnya perubahan fisik yang nyata seperti perubahan pada genitalia, adanya hiperpigmentasi antara lain topeng kehamilan, bertambah besarnya perut dan sebagainya. Demikian pula perubahan-perubahan psikis misalnya takut atau cemas menghadapi proses persalinan dan sebagainya, ketegangan jiwa ini dibawa terus sampai kepada proses persalinan, sehingga menimbulkan lingkaran fear tension pain yang akan mengakibatkan proses persalinan tidak lancar.
Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita hamil dapat menimbulkan ketegangan, sehingga ketenangan yang harus dikuasai selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat dicapai dengan:
- Dokter atau bidan memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi wanita hamil tersebut, disertai deiskusi dan sikap penuh kesabaraan selama memeriksa kehamilan.
- Dengan mengikuti dan melakukan latihan senam hamil secara teratur dan intensif.
Dengan persiapan tersebut diatas diharapkan wanita menghadapi persalinan dengan tenan, penuh percaya diri. Dengan demikian dapat dihindarkan sejauh mungkin penggunaan alat-alat narkosa yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anak.

2. Pemberian analgetika yang kuat dan anastesia sebelum fase aktif
Usaha-usaha mengurangi sakit pada wanita yang bersalin dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Usaha-usaha mengurangi nyeri dalam kala I dan permulaan kala II yang disebut analgesia. Pada masa ini tidak usah dalam, tetapi harus mencakup waktu yang lama sekali ialah kadang-kadang sampai 18 jam.
2. Usaha-usaha mengurangi rasa nyeri menjelang bayi lahir disebut anastesi. Usaha mengurangi nyeri harus lebihg intensif, tetapi hanya perlu selama waktu yang terbatas sekali.
Semua obat yang dipergunakan untuk mengurangi nyeri waktu persalinan harus memenuhi syarat-syarat sbb:
- Tidak membahayakan ibu
- Tidak membahayakan anak
- Tidak memperngaruhi his, kalau obat anastesia mempengaruhi his, maka tentu mempengaruhi kemajuan janin.

Tidak banyak obat yang mempengaruhi ketiga syarat tersebut, terutama syarat kedua sukar untuk dipenuhi karena semua obat anestesia yang diberkan secara umum menembus plasenta dan juga mempengaruhi janin, sehingga timbul hipoksia pada janin tersebut. Saat kita memulai memberikan analgesi hrus tepat. Kalau terlalu cepat kita memulai memberi analgesia, maka dapat menimbulkan partus lama. Biasanya analgesia baru diberikan kalau ternyata bahwa pendataran dan pembukaan cervix lancar. Pada seorang primigravida biasanya baru dimulai pada pembukaan 3 cm, dan pada multi para pada pembukaan 4 cm.

Obat-obat yang diberikan untuk analgetik obstetris ialah:
- Inhalasi chloroform atau eter
- Morphin, demerol, barbiturat
- Scopolamin
- Kombinasi antara salah satu obat: misal morphin, demerol, barbiturat dengan scopolamin
- Paracervical blok

Obat yang diberikan untuk anasthesia obstetris:
- Obat-obat yang menghilangkan kesadaran : inhalasi anastesi (chloroform, ether NO2 cyclopran) atau anastesia yang diberikan seperti pent*tal.
- Obat-obat dan cara-cara yang tidak mengurangi kesadaran : anasthesi spinal atau anestesi infiltrasi.

3. Abnormalitas pada tenaga ekspulsi
Terbagi atas:
Ad.1 Inersia uteri
Inersia uteri primer atau hipotonik
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian lain. Peranan fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum penderita biasa lebih baik dan rasa nyeri tidak seberapa.

Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama, seting timbul terjadi pada wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik tentang persalinan.

Diagnosis :
Insersia uteri paling sulit pada masa laten karena konteaksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan telah dimulai diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan pembukaan.

Terapi :
 Program terapi istirahat
 Infus oksitosin
 Seksio sesaria bila ada tanda gawat

Ad.2 Incoordinate uteri action
Sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasanya karena tidak ada sinkron pada bagian-bagiannya . tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.4
Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis di katakan primer jika serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterie action. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks misal karena ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasme sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kavum uteri. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi.

Penanganan :
- Pemberian analgetika seperti morphin dan petidin
- Sectio caesaria pada distosia cervikalis sekunder

4. Abnormalitas pada panggul
Sering disebut CPD atau cephalopelvic disproportion, dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalau besar untuk melalui rongga pelvis. Ini dapat terjadi bila kepala terlalu besar, misalnya pada kasus hidrosephalus, atau pelvis terlalu kecil atau kelainan bentuk. Panggul keci dapat disebabkan oleh karena penyakit rakhitis yang terjadi pada masa anak-anak. Kelainan tulang pada masa anak-anak menyebabkan kelainan bentuk pada pelvis. Bentuk yang sering terjadi pada cephalopelvic disproportio adalah dimana kelainan posisi dari oksipito posterior. Di beberapa kasus tidak ada kelainan pada pelvis atau kepala fetus. Kelainan dari diameter presentasi dari defleksi oksipito posterior lebih banyak dari posisi anterior dan akan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam persalinan. Pada beberapa kasus cephalopelvic disproportio relatif dapat melahirkan persalinan pervaginam.
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

Selama pertengahan hingga akhir tahun 1970-an, sejumlah laporan yang dibuat secara terburu-buru menunjukkan bahwa kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko seorang wanita terhadap resiko masalah-masalah kardiovaskular, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim dan sejumlah komplikasi-komplikasi lainnya yang menakutkan. Popularitas pil KB menjadi turun. Bahkan hingga sekarang, walaupun kontrasepsi oral memberikan pencegahan kehamilan yang benar-benar mudah digunakan bagi jutaan wanita di seluruh dunia, namun banyak wanita yang takut menggunakannya..

data kekasisku nina

Makalah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Distosia Bahu Karena Besar Janin
May 6, 2010, Posted by Librarian at 5:30 pm | 0 views
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Distosia Bahu Karena Besar Janin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus publis. Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anterior posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis.

Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk kedalam panggul.
Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam 10,8 – 11,3 Kg (Lewellpyn, 2001).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar pembaca dapat mengetahui tentang persalinan yang patologis khususnya persalinan dengan distosia bahu dan dapat mengetahui cara menangani bila mendapatkan kasus distosia bahu.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang distosia bahu
b. Agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis suatu tindakan
c. Agar dapat melakukan segera dalam penanganannya.
C. Manfaat Penulisan
Bagi peneliti / mahasiswa
- Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek
- Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan
Bagi Petugas
– Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal
- Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan
Bagi Ibu / masyarakat
- Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
Dalam kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara pervaginam tetapi meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss). Dan janin yang lahir dan hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak ini hanya hidup kira-kira 11 jam (Rustam, 1998).
B. Klasifikasi
Distosia karena kelainan tenaga
Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
Distosia karena kelainan panggul
Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).
C. Etiologi
Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain : kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan.
Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu :
1. Kehamilan postern
2. Wanita-wanita yang habitus indolen
3. Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
4. Orang tua yang besar
5. Eritroblastosis
6. Diabeter Melitus
D. Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara :
1. Keterunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkan dan adanya diabetes melitus
2. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (eodem dan sebagainya)
3. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi Sefalo atau Feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi
4. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva
5. Tarikan kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang simfisi pubis.
E. Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.
F. Komplikasi
1. Pada Ibu
a. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehirasi serta asidosis dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat menimbulkan regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologis (Bandl).
c. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul.
2. Pada Bayi
1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum.
b. Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segala apabila ia masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulge.
d. Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis (Hanifah, 2002).
G. Penanganan
1. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral.
2. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lututnya ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat tinggi
Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisi pubis.
Catatan : Hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibat trauma pada pleksus brakhralis.
Mintalah seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara srimultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura uteri.
4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tingkat tinggi, masukkan tangan kedalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, dilakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas
- Masukkan tangan kedalam vagina
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan ke arah dada.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain adalah :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang (Ida Bagus, 2001)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan
• Klasifikasi Distosia bahu
• Distosia karena kelainan tenaga
• Distosia karena kelainan tenaga
• Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
• Distosia karena kelainan panggul
• Distosia karena kelainan traktus genitalis.
Penyebab
• Kehamilan postern
• Wanita-wanita yang habitus indolen
• Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
• Orang tua yang besar
• Eritroblastosis
• Diabeter Melitus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
• Anamnesis
• Pemeriksaan
Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000 – 4500 gram, tidak akan menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar dari 4500 – 5000 gram.
Penanganan
Dapat dilakukan dengan episiotomi dan penanganan media yang lain.
B. Saran
1. Ibu Hamil
Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan / pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin dengan normal atau tidak.
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar mampu menekan AKI/AKB dengan cara mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil.
3. Penulis
Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran serta pengalaman dalam praktek asuhan kebidanan. Khususnya mengenai asuhan kebidanan ibu bersalin dengan komplikasi seperti distosia bahu.
4. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah khazanah perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA
http://onlinelibraryfree.com
Llwenllyn – Jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6 Jakarta : Hipokrates, 2001
Mochtar Rustam, (1998) Sinopsis Obstetri 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta: 2006
Winkjosastro, Hanifah. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2006.
Winkjosastro, Hanifah. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2002.
Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta : 2005.
Pil KB Untuk Pria
Pil KB untuk Pria telah ditemukan oleh peneliti dari Amerika. Setelah melakukan uji klinis selama 40 tahun, akhirnya mereka menemukan hasil bahwa alat kontrasepsi untuk pria ini lebih efektif dibandingkan dengan pil KB wanita. Dengan kemampuan efektifitas yang lebih baik dan efek samping yang sangat minim diharapkan Pil KB Pria ini dapat menambah keanekaragaman alat kontrasepsi.
Cara kerja Pil KB ini adalah dengan cara mengurangi jumlah sperma, yaitu dengan menambahkan hormon sintetis yang dinamakan desogestrel. Dari hasil uji klinis didapatkan jumlah sperma menjadi berkurang bahkan sampai nol. Hal ini akan mencegah terjadinya kehamilan pada wanita.
Saat ini Pil KB Pria masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, Para peneliti mengklaim bahwa efek samping yang ditimbulkan sangat kecil yaitu hanya terjadinya peningkatan berat badan. Dan pil ini harus diminum setiap hari.

20090212_C2-09
Logo baru Keluarga Berencana (KB)
TERKAIT:

conto mklah pklh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Telah kita ketahui bahwa perkembangan zaman begitu pesat, pertambahan penduduk yang sangat tinggi menimbulkan berbagai macam permasalahan yang dapat kita rasakan dalam kehidupan sekarang ini, dalam hal ini yang menjadi pembicaraannya yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Penataan kependudukan yang tidak teratur dapat menyebabkan permasalahan sehingga dapat mengganggu terhadap keutuhan lingkungan.
Sebagai warga Negara yang baik kita hendaknya perhatin dan peduli terhadap lingkungan dimana tempat kita melangsungkan kehidupan, dalam suatu kota akan terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sebagai orang yang mengerti terhadap lingkungan pasti akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap lingkungannya, karena kita tahu kita tidak bias hidup tanpa lingkungan, maka di butuhkan lingkungan yang baik untuk melangsungkan kehidupan.
Setelah kita mengetahui akan kebutuhan lingkungan yang baik, maka perlu suatu usaha dari manusia untuk mewujudkan suatu lingkungan dengan penataan penduduk yang baik, maka dari itu perlu suatu pengelolaan kependudukan dan lingkungan hidup.
B. Pembatasan masalah
Melihat dari latar belakang sebelumyna kami mebatasi pembahasan ini yaitu pengelolaan kependudukan dan linkungan hidup.
C. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang ada, maka akan timbul permasalahan diantaranya:
1. Bagaimana pengelolaan kependudukan yang baik?
2. Bagaimana keadaan lingkungan yang baik?
3. Apa hubungannya antara kependudukan dan lingkungan hidup?
D. Tujuan
Adapun tutuan dari permbahasan ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengelolaan kependudukan yang baik?
2. Untuk mengetahui lingkungan hidup?
3. Ingin mengetahui hubungan kependudukan dan lingkungan hidup?
E. Manfaat
Setelah pembahasan makalah ini diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat diambil diantaranya:
1. Pembaca mengetahui bagaimana pengelolaan kependudukan.
2. Pembaca mengetahui bagaimana lingkungan yang dibutuhakan untuk kelangsungan hidup.
3. Pembaca mengetahui bagaimana hubungan antara kependudukan dan lingkungan sekitarnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Pada dasarnya kepadatan penduduk akan menimbulkan berbagai macam masalah akan tetapi pandangan para ahli terhadap kapadatran penduduk adea 2 pendapat yaitu:

1. Pihak Optimis
Menhurut pihak optimis kepadatan penduduk tidak akan menimbulkan masalah karena mereka beranggapan bahwa banyaknya penduduk di masa lampau lebih banyak daripada masa sekarang dan juga bagian bumi ini yang masih kosong atau masih sedikit penghuninya.
2. Pihak Pesimis
Menurut pihak pesimis kepadatan penduduk akan menimbulkan banyak masalah diantaranya, perpecahan sosial, kesehatan dan sanitasi masayarakat, penurunan persediaan alam, kerusakan alam desb.

Agar tidak menambulkan masalah maka harus diadakan pengelolaan kependudukan agar terjadi sebuah keseimbangan antara penduduk dan lingkungan.

1. Manusia harus mempunyai tujuan hidup supaya kehidupan lebih teratur dan terarah.
a. Harus bias menyesuaikan keseimbangan antara populasi dan lingkungan.
b. Menghindari kegiatan yang dapat berakibat memperbesar amplitude ketidak mantapan dalam system lingkungan tadi.
2. Manusia harus mempunyai program kehidupan.
a. Membatasi ukuran keluarga.
b. Membuat peraturan seperti UU.
3. Pemakaian sumber daya alam.
Seiring dengan berjalannya waktu energy akan semakin habis maka dari itu pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan dengan benar.
a. Menekan kepadatan populasi.
b. Memanfaatkan sumber daya alam sebijaksana mungkin.
4. Persebaran penduduk harus merta.
a. Melaksanakan transmigrasi.
b. Mengembangkan dan merelokasikan industry yang deapt menyerap tenaga kerja.
c. Mengembangkan industry kecil dan proyek padat karya untuk mencegah
d. terjadinya urbanisasi.
e. Membangun lembaga pendidikan tinggi dikota menengah.
5. Meningkatkan kualitas penduduk yang rendah.
a. Mencanangkan wajar.
b. Membangun gedung sekolah baru di daerah pedesaan.
c. Meningkatkan fasilitas pendidikan seperti perpustakaan dan labolaturium.
d. Meningkatkan kualitas guru.
6. Meningkatan kualitas penduduk secara umum.
a. Membina penduduk agar berkualitas.
b. Meningkatkan pendapatan nasional.
c. Memberikan penyuluhan arti penting kebersihan dan kesehatan nasional.
d. Membangun jaringan listrik masuk desa.

Pengelolaan kependudukan dan lingkungan hidup dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Pembinaan kesehatan lingkungan.
Agar tercipta lingkungan yamg sehat maka harus dilakukan penataan dan pembinaan lingkungan supaya tercipta suatu lingkungan yang sehat yang terbebas dari berbagai macam penyakit. Untuk menciptakan lingkungan yang sehat haru dilakukan pembinaan oleh pemerintah.
a. Pembinaan kesehatan lingkungan oleh pemerintah.
1). Pemerintah harus melakukan penyuluhan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang sehat supaya terhindar dari berbagai macam penyakit.
2). Harus menciptakan peraturan, seperti “Melarang meroko ditempat umum”
3). Membuat taman kota yang berfungsi sebagai paru paru kota.
b. Pembinaan kesehatan lingkungan oleh masyarakat.
1). Membuang sampah pada tempatnya.
2). Mengolah limbah terlabih dahulu sebelum dibuang.
3). Melakukan penghijauan.
4). Tidak menebang hutan secara berlebihan.
Selain itu pembinaan kesehatan lingkungan bias dilakukan dangan cara:
a. Ketertiban di lingkungan tempat tinggal.
1). Menebang pohon atau bagian pohon dihalaman yang mungkin mengganggu ketertiban umum dan akan menimbulkan bahaya.
2). Tidak menyimpan atau menimbun barang barang yang dapat mengganggu kesehatan lingkungan sekitarnya atau yang dapat menimbulkan polusi dan menggangugu ketertiban.
b. Kebersihan di lingkubgan tempat tinggal.
1). Menyapu halaman rumah secara rutin.
2). Menyediakan tempat sampah dipekarangan.
3). Membersihkan saluran air secara rutin.

c. Keindahan di lingkungan tempat tinggal.
1). Memelihara atau memotong rumput secara rutin.
Di pekarangan dan batas pekarangan.
2). Mengadakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dan menanam tanaman hias.
Oleh karena itu agar tercipta kesehatan pada lingkungan harus terjalin kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, bentuk kerja sama misalnya pemerintah membuat peraturan dan masarakat melaksanakannya. Jadi pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan kerjas sama antara pemerintah dan masarakat.

2. Pengelolaan pencemaran
Pencemaran digagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Pencemaran air
Pencemaran air dapat diartikan masuknya mahluk hidup, zat energy atau komponen lain dfalam air, atau berubahnya tanaman air oleh kegiatan manusia atau terjadi secara alami.
1). Pencemaran manusia bias berupa pe3mbuangan limbah yang tidak sesuai prosedur, membuang sampah rumah tangga ke sungai, dsb.
2). Pencemaran secara alami
Pada dasarnya air sudah tercemar dan tidak ada air yang murni seutuhnya,
Contoh air gunung mengandung karbondioksida, oksigen, nitrogen dan debu.
Air sumur mengandung Na, Mg, Ca, dan Fe.
Cara pengelolaan supaya air tidak tercemar harus dilakukan:
1). Harus membuang sampah pada tempatnya.
2). Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak membahayakan.

b. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah campuran satu atau lebih bahan pencemar, baikl berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk ke udara baik secara alamiah, atau karena perbuatan manusia yang dalam jumlah dan waktu dapat mengganggu fungsinya. Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan cara:
1). Mengurangi p[enggunaan bahan baker fosil.
2). Melakukan pengolahan asapasap sebelum dilepas keudara.
3). Membangu cerobong asap yang tinggi.
4). Memilih transportasi yang efisien.
Secara normal udara yang kering dan bersih mengandung komposisi nitrogen 78% oksigen 21% dan 1% gas lainnya (argon, karbondioksida, neon dll)
Udara dialam ini tidak temukan bersih tanpa polutan, polutan yang masuk dapat terjadi secara alami( aktifitas vulkanik, pembusukan sampah kebakaran hutan ) atau akibat kegiatan manusia.
Dari sumber polutan seluruhnya dapat dibedakan menjadi beberapa bagian.
1). Karbon monoksida (CO )
Sumber CO
a). Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber sumber CO lainnya yaitu bensin.
b). Hasil pertanian seperti pembakaran sampah, sisa sisa kayu di hutan, sisa sisa tanaman perkebunan.
c). Sumber CO yang diakibatkan oleeh industri baja dan besi.

Pengaruh Co pada lingkungan.Beberapa penelitian menyebutkan:
a). Pemberian CO selama 1-3 minggu pada konsentrasi 100 ppm tidak memberiokan pengaruh nyata.
b). Pemberian CO selama 35 jam pada konsentrasi 2000 ppm menyebabkan terhambatnya fiksasi nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanaman.
c). Kontak manusia dengan CO pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan kematian tetapi padfa konsentrsi relative rendah hanya akan mengganggu kesehatan.
2). Nitrogen Okside
Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen, pada suhu kamar kedua gas hanya sedikit mempunyai kecendrungan untuk bereaksi satu sama lainnya, pada suhu tinggi (1210%) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah tinggi, NO dapat bersumber dari pembakaran sampah dan pembakaran kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil.
Pengaruh NO pada lingkungan:
a). pengaruh NO terhadap tanaman akan menyebabkan karusakan tanaman, yaitu bintik bintik pada daun, nekrosis pada daun, penurunan fotosintesis.
b). Pengaruh NO pada manusia akan menyebabkan lkematian kalau kontak langsung pada nkonsentrasi besar tetapi kalau kontak langsung pada konsentrasi relative rendah hanya menyebabkan hilangnya kesadaran (pinsan)
3). Sulfur dioksida
Sulfur dioksida dihasilkan oleh aktifitas pembakaran yang mengandung belerang dan secara alami dihasilkan oleh proses pembusukan, dan letusan gunung berapi, sulfur dioksida dapat berpengaruh terhadap kesehatan diantaranya, iritasi saluran fernapasan, bastuk, sesak nafas.
Gas gas diatas juga menimbulkan dampak yang dapat bagi manusia diantaranya:
a). Efek rumah kaca
efek rumah kaca adalah terperangkapnya sinar matahari karena terhalang oleh karbondioksida jadi sinar m,atahari masuk ke bumi lalu sebagian dipantulkan lagi keangkasa dan sebagian lagi terperangkap oleh gas gas rumah kaca.
b). Asap kabut
Asap kabut terjadi di daerah dingin dan lembab dan juga bias diakibatkan oleh industry, asap kabut di bagi menjadi 2 bagian, yaitu foto eltemical smog adalah asap kabut yang dihasiljkan oleh matahari, terjadi di daerah panas atau terjadi secara alami. Dan industrikal smog adah asap kabut yang dihasilkan oleh industry.
C Pencemaran tanah.
Pencemaran tanah adalah campuran dari satu atau lebih zat yang masuk ke tanah baik berupa zat padat, cair, dan gas yang dapat mengganggu kesuburan tanah. Pencemaran tanah dapat terjadi secara langsung misalnya:
a). penggunaan pupuk yang berlebihan
b). Penggunaan insektisida, herbisida, dan peptisida.
c). Pembuangan sampah dan limbah.


Macam macam sampah dan penanggulangannya:
a). Macam macam sampah, Organik yaitu sampah yang bias di daur ulang. Dan Anorganik yaitu sampah yang tidak bias di daur ulang.
b). Cara penanggulangannya yaitu dumping and land fiil, sanitari land fiil, pembakaran, dijadikan makanan ternak, dibuat kompos, penggilingan, daur ulang.
Pencegahan pencemaran lingkungan .
Bumi ini kini sedang berada dalam keadaan kritis, hal ini diakibatkan manusia yang berbuat semena mena terhadap lingkungan, sebagai conto bencana banjir yang diakibatkan oleh ekploitasi hutan yang berlebihan dan sampah yang dibuang sembarangan, terjadi pencemaran udara oleh tanah dan air, maka dari itu kita sebagai manusia harus mempunyai kesadaran terhadap lingkungan.
Melihat begitu banyaknya dampak negative yang timbul akibat ulah manusia khususnya, akibat pencemaran lingkungan maka sangat perlu bagi kita untuk berperan dalam mengurangi pencemaran lingkungan, usaha yang dapat kita lakukan hendaknya dimulai dari lingkungan sekitar kita.
Selain itu kepedulian pemerintah terhadap lingkungan telah menjadi rumah dalam comperance of parties ( COP ) united nation framuoru convension on climate change (UNFCC) yang berlangsung di brazil pada bulan desember 2007 pertemuan yang di ikuti oleh 199 negara ini telah menyepakati berbagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan global yang sangat terkait dengan pelestarian hutan, pase kenaikan air laut dan perubahan iklim.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdarakan tujuan dari pembahasan makalah ini, maka dapat di tari tiga kesimpulan diantaranya:
2. Berdasarkan pendapat para ahli terhadap kepadatan penduduk ada 2 yaitu pihak optimis da pihak pesimis. Dalam pengelolaan kependudukannya yaitu manusia harus mempunyai tujuan hidup , mempunyai program kehidupan, pemakaian sumber daya alam yang baik, persebaran penduduk yang merata, meningkatkan kualitas penduduk yang rendah.
3. Untuk melangsungkan kehidupan diperlukan lingkungan yan baik, maka dilakukan pembinaan kesehatan dan ketertiban baik oleh pemerintah ataupun masarakat.
4. Bila pengelolaan kependudukan sudah teratur dengan baik dan lingkungan yang layak untuk kelangsungan hidup, akan terjadi interaksi yang terarah dan akan tercipta suatu kehidupan yang baik.

A. Saran
Berdasarkan manfaat penulisan makalah ini yang diharapkan penulis untuk saran antara lain:
1. Bagi semua pembaca makalah ini diharapkan bias merealisasikanya di kehidipan dan bias menjaga lingkungan.
2. Bagi mahasiswa harus mampu menanamkan kepedulian terhadap lingkungan apalagi calon srorang guru harus menjadi pigur yang baik terhadap siswanya.
3. Setelah mengetahui betapa pentingnya lingkungan yang baik maka harus terjalin atau diharapkan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkannya.

DAFTAR PUSTAKA


Kep men Negara dan kependudukan dan lingkungan hidup No. 02/MENKLH/1988

Rahmawati. 2004. Geografi SMA. Solo.Cv

Bale, Djenen. 1990 Atlas Indonesia dan Dunia. Jakarta. Balai Pusataka.